Friday, January 10, 2014

BUKU PUISI: SURAT CINTA LANGIT KETUJUH




















KEPAK SAYAP PERJALANAN PANJANG

Para Jiwa yang telah menidurkan tubuhnya
Di alam keabadian
Kembali menjadi cahaya
Terbang bak burung
Melanjutkan perjalanan panjang
Tak lelah mengukur angkasa
Melewati berbagi planet
Menembus berbagai Alam yang masih sibuk mengisap
Sisa nafas akhir kehidupan
Perjalanan adalah Rindu
Mengalahkan pukauan keindahan berbagai jagat untuk disinggahi
Karena Maha Pesona lebih kuat menyedot
Sebagai Magnet
Yang memandu hingga ke Ujung perjalanan

Para Jiwa baru mengerti
Jika Zikir adalah CINTA
Maka ramai ramai sambil terbang
Mendenyutkan gelombang Cinta sebagai Zikir
Menghembuskan nafas Zikir
Sebagai Cinta
Baru dirasakan
Sentuh bahagia yang semilirnya datang
Dari menunggalkan Zikir Dan Cinta
Ketunggalannya
Menjadi Mata Indah
Yang Tatapnya
Adalah Tatap-NYA
Tatap-NYA
Mengurai kembali CINTA
Dalam menunggu Para Jiwa
Yang telah usai menabur Cinta di kehidupan bumi
Bersama tubuh sebagai kendaraan
Di planet bumi yang miskin Rahmat
Namun kaya Nikmat di Dunia impian
Sedekah sebagai Cinta
Beramal adalah penghias Cinta

Silaturakhmi adalah saling menukar Bunga Cinta
Ibadah adalah Cintanya Cinta
Menepikan segala nafas
Ke Naungan Maha CINTA
Di bumi yang Harus siaga sebagai alam darurat Rahmat
Namun Ada CINTA yang menyembunyikan

Kekayaan Nikmat tak terbatas
Para Jiwa Berhasil mengambil Bekal di Rahasia CINTA itu
Demi perjalanan panjang
Memenuhi Undangan Maha Kekasih ......


JIWA YANG TENANG

Wahai jiwa suci 
yang meminjamkan mata kepada tubuhnya sendiri
Sebagai kendaraan di lalulintas padat
Jalan berliku kehidupan bumi
Tentu saat kau tumpangi
Lampunya terang dalam membelah kegelapan
Penglihatannya tak dibohongi lagi oleh
Tipu daya yang meminjam sinar kebaikan
Karena kesaktian nafsu
Adalah
Mencuri kebenaran secara instan
Manakala diuji Ternyata kebohongan nan santun
Wahai jiwa yang terbiasa memandikan tubuh sendiri
Dengan Zikir tanpa kata
Dengan Zikir tanpa gema
Dibisukan oleh airmata tulus
Tangis Nurani

Dengan kekhusukan Tahlil 

yang menjadi peredam suara
Agar tak disusupi pesan suara nafsu 

yang bisiknya merayu
Berbahagialah
Telah berhasil meraih
Piala Kemenangan hidup
Wahai jiwa yang telah berhasil
merampas kembali Cinta
Dari tubuh yang dijajah syahwat yang mengaku cinta
Mandikan dengan hadas
Yang airnya diambil dari telaga
Yang terbiasa Para Nabi berwudhu
Yang selalu Tercerahkan Shalawat
Agar sang tubuh
Tak ada gairah lagi
Untuk berkubang di telaga
Jejaknya tragedi kolbi
Wahai Jiwa yang tenang
Kembalilah
Ke Rumah Tuhanmu
Yang Ada dalam hatimu
Agar rahasia hidup

 Kuncinya Dipinjamkan oleh
Sang Maha Perancang
Misteri Hidup
Bila ditanya Oleh-NYA
Tak perlu ada jawaban
Karena Rasa Indah-NYA
Menggantikan seluruh rasa
didalam diri



MAHA ADA

Para Jiwa yang berhasil melepaskan diri dari tubuhnya
Yang setiap detak jantung raganya 

mendenyutkan beberapa Lafadz Asma ALLAH
Mengangkasa terbang mengayuh gelombang Cahaya
Karena Jiwa adalah cahaya yang frekwensinya lebih tinggi 

dari cahaya segala alam
Sebab didalamnya bersemedi Fitrah Suci
Tempat ILLAHI Menziarahi bagian Cahaya NYA Sendiri

Para jiwa yang sukses 

mengkuduskan badannya yang tetap hidup
Daging yang kembali suci
Tulang yang mendulang terang
Kulit yang menyerap bening
Wajah berkilau tak batal wudhu 

Jiwanya terbang dan terbang menembus segala Semesta
Menyinggahi Maha Cahaya
Demi Mempersembahkan Kesetiaan
Dari Cinta di atas Cinta
Untuk Maha Cinta dari Segala Cinta
Pulang ke Syahadat Purba
Kembali ke Purwadaksi Persaksian
Tiada Siapapun
Tiada apapun…..
Selain DIA
Maha ADA
Selain IA
Segala-gala NYA.......

Manakala Cahaya jiwa bergabung ke Sumber Segala CAHAYA
Maka Syahadat selaras dengan praktek hidup sebuah wadah jiwa di bumi
Mereka Berpamitan untuk kembali menziarahi bumi
Agar bersama tubuhnya untuk menyempurnakan Ibadah
Melalui jalur Tarekat yang selaras dengan Syariat
Selaras dengan Hukum Alam
Selaras dengan hukum Sosial
Selaras dengan segala yang selaras 

....... DAMAI .......


TARIAN SUFI

Bergeraklah menyinggahi
Seluruh angkasa Semesta Hatimu
Ikuti arus rasa
Yang mengarah ke Wajah Cinta-NYA
Dengan ringan
Jadi gerak Indah tanpa muatan
Serupa tarian Alam
Yang gemulainya Ungkap Syukur
Kala Awal Penciptaan
Tentu Ragamu ikut menari
Sejenak melupakan nafsu
Dan
Pori poripun ikut mengeja Zikir
Yang syarafnya Bertowaf
Mengelilingi Ka'bah Putih didalam diri

Menarilah dan menari wahai Kekayaan Rasa
Hingga deru Rindumu
Menanggalkan Iman
Yang hanya jadi asisoris di dinding pikir
Yang gagal Diwujudkan dalam kehidupan
Agar Iman tak terperangkap sekedar analisa
Tapi jadi Nafas
Untuk menaklukan persoalan Hidup
Hingga Nafas-NYA
Berhembus di Nafasmu
Jangan menganggap aku telah Beriman
Jika Tarian Hidup selalu mengarah ke kutub nafsu
Katamu .....

Aku harus mengubah arus
Keinginan
Seperti semilir angin
Yang menyentuh Kubah Mesjid
Agar bisa membangun Mesjid
Di Bumi jiwaku
Dari Himpunan Rasa
Yang Bersyaf syaf
Sujud Laras Serentak ....



DOA NABI IBRAHIM

Tuhanku…..
Telah usai membangun Rumah-MU
Sangat sederhana
Hanya berupa Kubus (Ka'bah)
Tak serupa ukiran hewan-hewan
Tak dipahat menyerupai
Pohon bunga-bunga dan buah-buahan
Tak dibentuk rupa dan tubuh manusia
Agar tak diberhalakan
Agar tak disembah

Tuhanku…..
Sesungguhnya berhala menyesatkan Sebagaian besar manusia
Dengan Rumah-MU
Ada Tanda jika Engkau ADA
Dengan Ka'bah-MU
Jika tersesat
Ada tempat Pulang dimana
Engkau Menunggu
Sepenuh Senyum Magfirah-MU

Tuhanku….
Sesungguhnya
Apapun yang disegalakan
Selain ALLAH
Adalah berhala
Ampunilah……
Sebenarnya mereka
Mencari-MU
Dengan cara yang tak dipahami
Jika persinggahan
Dikira tujuan akhir

Tuhanku…..
Seluruh keturunanku
Ku mukimkan di lembah ini
Merayap dilingkar Rumah-MU
Mencari Rizki
Di tempat gersang tanpa tumbuh buahan buahan
Berilah mereka Rizki
Karena kegersangan akan subur
dengan tumbuh Buah buahan
Sebab hanya Menyembah-MU
Sang Rizki akan mengikuti

Tuhanku…..
Dengan Hadir-MU di Baitullah
Jadi pesona bagi manusia di seluruh Negeri
Karena Engkau Mengundang
Ke hati mereka
Dengan Cara Rahasia-MU
Dan
Mereka datang berbondong bondong
Walau merayap Sambil Melafadzkan
Labaika Allahuma
La Syarikalaka ........

Tuhanku…..
Jadikankah Kota Ini (Mekah)
Aman Damai dan Menentramkan
Agar tiada berhala yang singgah
Di hati Anak Cucuku
Dan mereka yang mengikuti Aku
Karena Engkau Ya Rabb
Mengetahui segala yang
Disembunyikan hati

Segala Puji
Telah Menganugerahkan
Titipan Putera
Ismail Dan Ishak
Inna Robbi Lasami'u Dua ......

Tuhanku…..
Jadikanlah Aku beserta Juriahku
Senantiasa melaksakan Shalat
Robbana Wataqobbal Dua

Ampunilah Aku dan kedua
Orangtuaku dengan segala kelemahan manusianya
Beserta Para Mu'min
Agar Terselamatkan 

Dari Hari terjadinya Hisab nanti ......

BUKU PUISI: SURAT CINTA DARI RATU ADIL
























DIMANAKAH ENGKAU 

WAHAI SANG PENCERAH


Disaat
Luka Kehidupan Rakyat
Mencapai kesempurnaan
Dikala
Kekecewaan Rakyat
Menjadi ketidakpercayaan yang makin sempurna
Terhadap Para Pemimpin Negeri
Disini ada marah
Sebagai Kekuatan yang dibisukan
Ketabahan
Serupa Tsunami
Yang pada Waktunya menggelegar
Tanpa didahului Isyarat Gempa
Meski dengan sabar
Menunggu Komando dari
Sang Pencerah
Yang dijemari Hatinya
Terhimpun Wahyu dari Langit
Yang tak Batal Wudhu
Sebab Tubuhnya Jelmaan Ibadah
Menyerap Saripati Agama
Bukang pengagung simbol
simbol Agama
Hanya Dirinya Harapan Pamungkas Masyarakat
Tempat menyandarkan
Kepercayaan di Pundak Keramahannya ......

Kami tahu Engkau kesepian
Sembunyi di tempat yang Terang
Menepi di Keramaian
Menjalin silaturakhim
Dengan para penyamun berdasi putih
Mengaku sebagai "beling"
Padahal Engkau Berlian
Demi Persaksian
Betapa gulita isi jiwa mereka
Yang ditinggalkan Cahaya Sanubari

Di ranah pergaulan
Engkau mengaku sebagai Garam
Padahal Engkau Lautan
Merendah diri
Di kalangan yang merasa paling pandai
Yang ceritera bisa menundukan
Samudra
Sebagai Persaksian Tangismu
Tanpa isak

Sewaktu Engkau Sendiri
Sunyimu adalah
Berdialog dengan Segala Alam
Qiraat bersama
Membaca Surat Cinta
Dari Maha Pemilik Hidup
Heningnya adalah
Saat Menunggu Keputusan NYA
Untuk Menggelar Gemah Ripah
Di peloksok Nusantara
Dan
Ketentraman Dunia ......


NEGERI YANG NYARIS TENGGELAM


Sebuah Negeri
Yang nyaris tenggelam
Bagai Perahu raksasa
Yang layarnya dikoyak luka Sejarah
Pengemudinya tak punya Peta
Ke mana arah harus berlayar
Yang seharusnya
Sudah berlabuh
Di Pesisir Benua Gemah Ripah

Seharusnya sudah tenggelam
Tetapi
Gelombang Lautan menyelamatkan
Utusan Lembut serupa Sabda Alam
Dari Sang Pemilik Samudra Kehidupan
Sebab:
Terundang hujan airmata pasrah
Jerit Iman Para Penghuni Perahu
Terutama Ada Seorang KekasihNya
Yang Ditakdirkan untuk mengambil alih kemudi
Menuju Pantai Keselamatan

Seorang Kekasih
Yang pandai mengukur
Cuaca ekstrim Politik
Menjadi Alun ombak Kesadaran

Seorang Kekasih
Yang tangguh menyerap Badai
Menjadi semilir angin Perdamaian

Seorang Panutan
Yang Rumah Jiwanya
Tempat pulang Seluruh Nurani Umat
Sebab Dirinya
Maujud Maha Cinta NYA


IBU YANG MATI SURI


Apakah politik satu satunya menuju sejahtera
sedang suara kebohongan gempitanya mengalahkan Suara Ajan
Gegapnya menggelorakan aneka bendera
Kibarnya meminjam janji para ksatria Negeri
Agar Rakyat mempersembahkan hati

Curah hujan yang melanggar musim
Berkejaran dengan deras airmata anak-anak Bangsa yang kehilangan musim
Karena Permata Nurani di tahta Suara Hati
Sisa kebanggaan harkatnya diri
Dicuri para pencuri sakti yang berwajah ayat-ayat suci

Para ruh pendiri Negeri
Kumpul riung bertahlil melafazkan hakekat Zikir
Menangisi Ibu yang mati suri
Mengakhiri sebaris Doa terakhir
Sambil bersimpuh di Tahta Pertiwi
Yang lama diduduki sepi


MENJEMPUT IBU SEJATI

Disaat hari Ibu ditangisi dengan kesadaran sesaat
Justru para ruh pahlawan menziarahi makam Anak Fajar
di Kota"Kediri" yang misteri......
... Sang anak fajarlah yang pertama menjemput Sang Bunda
Pulang setelah ribuan tahun berkelana
Menghindar dari para pencari harta yang hanya butuh Rahimnya

Mengapa Bung Karno dimakamkan di Kediri
Sedangkan amanatnya ingin dipusarakan di Bogor
"Sang Pemimpin tidak mati ikut Moksa bersama Ibu Pertiwi,
Menyertai jejak moksanya Prabu Joyo Boyo di "Ke- diri............."
Sabda Para Waskita
"Beberapa detik lagi Tri Tunggal Rahiyang pulang dari Jagad Moksa
Turun ke Bumi Taneuh Maneuh Pakuan Pajajaran Bogor,
Memenuhi Amanat  NYA........" Sabda ahli Mukasyafah

Selamat Datang Ibu Pertiwi.......!!!
Wilujeng Sumping Indung Landung Laer Aisan......!!!


MAHA PERTIWI ( 1 )


Maha Pertiwi telah turun ke sebuah Negeri
Turun dari lapis lapis Rahasia NYA
Ke suatu "Titik" di permukaan bumi
Turun dari Pusat Negara dari segala Negara
Sumber Bangsa yang tak Berbangsa
Yang daratannya tak bertepi
Samudranya tak berbenua
Negeri Akbar yang Gemah Ripahnya
Yang sunyi dari politik dan sepi dari Pemerintahan
Pemimpinnya langsung Maha Kaisar lagi Maha Pencipta

Sang Pertiwi lama tak lungsur
Sejak menghantar ke gerbang kemerdekaan
Mengajarkan bagaimana kedaulatan adalah Mahkota Rakyat
Sejak itu kembali ke Tahta NYA diatas Langit
Maka adalah sebuah Negeri yang kehilangan Ibu Pertiwi
Dan tanpa perlindungan Bapak Persada

Maka, Pemimpinnya silih berganti
Diangkat oleh puja puji kekaguman Rakyat
Dan lengsernya terluka oleh kemarahan Rakyat
Karena tanah dan airnya senantiasa gelisah
Menanti sang Pertiwi yang Cinta NYA Menyatukan
Dan yang Saktinya menggelorakan rasa bangga Berbangsa

Kini datang kembali membawa Kewenangan Dari ALLAH
Jiwanya adalah Wahyu Keraton yang langsung Berisi Kekuasaan NYA
Mahkotanya di singgahkan di kepala Nurani dan kepala raga seseorang
Niscaya orang Pilihan itu sudah pasti Satria Piningit


BUKU PUISI: LABIRIN HATI




















LABIRIN HATI

Bibit Unggul Cinta
Yang dititipkan kepadamu
Kini tumbuh subur
Berbunga dan Berbuah
Di kebun Taman Labirin Hatimu
Telah dipupuk oleh Setiamu
Disiram oleh prihatinmu
Petiklah
Nikmatilah
Kecaplah panenmu
Itu milikmu
Jangan menunggu Aku
Untuk ikut mencicipi

Aku hanya Ingin bisikmu
Yang didesahkan di telinga hatiku:
"....... Ternyata Kesetiaan
Lebih Agung dari Cinta .......
Sebab Cinta
Anak Kandung Kesetiaan ......"

DARI CINTA UNTUK CINTA

Wahai Cinta
Cabutlah akar akar yang numpang hidup di tubuhmu
Walau Engkau perih
Karena mencintainya
Daripada darah sucimu
Diisap kekasih jadi kangker kehidupan
Jangan sampai
Jika Maha Pemilik Cinta
Bertanya Tentang Cinta Titipan-NYA
Engkau gagap
Tiada tersisa kata yang pantas
Tiada yang pantas jawaban yang masih mengandung keindahan

Wahai Cinta
Jika masih Ada Rindu Kepada-NYA
Rindu yang Disejatikan Oleh
Sepinya muatan pamrih
Mari Kita bergabung
Berarak arakan Nurani
Dengan Mengusung Panji Panji
Lembaran Tauhid
Berbaris menziarahi
Jejak Abadi Cinta Sejati Yang telah Kita Tinggalkan
Tapi Masih Disiram Langsung
Oleh Cahaya Cinta-NYA
Agar kelak
Dijemput Oleh-NYA dengan
SALAMUN KAULA MIRRABBIRRAHIM..........

SYAJADAH CINTA

Kuberikan tubuh ini
Ke kejujuran alam
Jika kumiliki….
Napsu tak kunjung merunduk
Yang bentangannya
Tak berujung
Kupulangkan raga Indah ini
Ke Maha Perancang Alam
Agar tak disinggahi
Para penabur sahwat
Yang mendenyutkan nikmat Sesaat
Namun menggoreskan luka kehidupan
Kukembalikan himpunan rasa ini
Ke Maha Sumber Rasa
Agar tak dikecoh berbagai keinginan
Yang hasratnya bila diikuti
Akan semakin liar

Namun karena aku masih hidup di bumi
Kupinjam setiap rasa
Sesuai dengan kebutuhan yang paling sederhana
Supaya disaat kukecup nikmatnya
Adalah Ibadah
Kuhamparkan Sajadah Cinta
Agar setiap Sujudku
Mengembalikan Cinta ke Maha CINTA
Kupinjam sehelai Cinta-NYA dengan debar rasa yang terindah
Bekal Cinta untuk menatap kekasih

BULAN MADU YANG TERTUNDA

Kekasih.....
Terlalu lama ranjang pengantin kita tinggalkan
Yang belum sempat kita singgahi
Biarkan
Getar rindu dari masing masing
Bumi yang kita pijak
Tidur saling peluk di seprei bening sutra persaksian
Walau beribu tahun kita dipisahkan
Oleh sesuatu kejadian yang menyantap waktu
Dengan kesadaran kita jadi kepompong jaman
Bertapa hanya memikirkan-NYA

Pasti di suatu saat
Kita akan bulan madu
Pasti di suatu keadaan
Setiap sentuh kita
Adalah denyut surga
Karena yang menikahkan bukan manusia
Hanya Sang Maha Pemilik Cinta
Yang Meng-Akadkan......

PUSAKA CINTA

Saat aku bertanya kepada dia
Cintakah kamu kepadaku
Ia bungkam beribu basa
Padahal aku menunggu jawabnya
Walau hanya sisa sisa bubuk kata
Namun
Disaat aku tergolek sakit
Ia merawatku sepenuh Jiwa
Dan dia berkata:
"........... Seharusnya aku yang sakit, 
bukan kamu..........."







BUKU PUISI: SURAT CINTA DARI JAGAT SUNYI




















AKHIR LUKA PLANET BUMI (1)

Aku adalah planet bumi
Tercipta dari Cahaya Cinta dan temaran kabut yang terluka
Terhias oleh banjir airmata Adam yang diiring setangkai Bunga surga...
Agar keindahan dirasuki getah galau yang menjelaskan nyata dan khayal
Di bentang hakekat dunia yang dilepas jauh dari Sidratulmuntaha

Aku adalah planet bumi
Tempat menampung asap anyir tragedi qolbi
Beserta dupa yang arangnya dari Bara Cinta
Yang dipetik dari penggalan Cinta Adam Hawa yang terpisahkan
Agar cinta para khalifah menumpahka perih Cinta di dadaku

Aku adalah bumi yang bernafas kepasrahan dan derita yang berbalut canda riang
Dari selembar kelopak yang jatuh dari Bunga Keabadian Surgawi
Maka Akulah Fana yang selalu berakhir layu dan berakhir basi

Aku adalah perayaan pertemuan dan perpisahan
Dengan perjamuan kelahiran untuk menjemput kematian
Maka jadilah Aku episode lelakon yang paling heboh disegala alam raya
Ditangisi malaikat dan ditertawai para jiwa yang bersyahwat sempurna
Namun Sang Dalang melepaskan Sebaris Ceritera diluar skenenario
Yang diperankan oleh Siapa saja yang mampu menangkap Isyarat Rindu NYA
Niscaya Ia Kekasih yang Dicintai NYA yang Diberi busana Kain Ihram dari Jannah


LANTUNAN KIDUNG PARA JIWA

Para jiwa meninggalkan tubuhnya
Yang sedang Tafakkur menziarahi luka hidup
Yang sedang semedi menakar kembali keseimbangan hati
Yang sedang tidur mengunjungi alam mimpi
Untuk memetik isyarat petunjuk arah hidup
Para Jiwa memenuhi dimensi Alam yang lebih luas
Hidup dalam kematiannya hanya sementara
Agar kelak jika dijemput kematian
Tak kaget malah diterima dengan Keindahan dan Cinta
Melepaskan diri dari kungkungan alam sempit jasmaniah
Yang selalu dijebak nafsu
Yang tak lelah mengurai dosa

Para Jiwa mengunjungi Jagat yang seluruhnya dari Cahaya
Dijemput Cahaya karena Sang Diri Jiwanya kembali jadi Cahaya
Yang Diradiasi Positif Maha Cahaya NYA
Karena Sang Iman telah menjadi kehidupan dengan nyata
Berhasil mensiasati jebakan duniawi
Sang Jiwa menatap Layar Monitor dari Saripati Cahaya
Siaran langsung dari Laufil Mahfud
Membaca Firman Firman yang tak beraksara
Menyerap Energi ketentraman penuh makna
Tentang Syahadat yang bukan ucap
Tentang Syahadat yang tak sekedar janji
Tentang Doa yang bukan doa
Karena permohonan adalah kepasrahan
Tentang Permohonan yang bukan permintaan

Karena ungkap seluruh rasa adalah Rindu Kepada NYA
Kini Sang Jiwa dipenuhi Permata yang lebih gemerlap dari Surga
Rasa Surga akan diberikan kepada hati dan darah daging tubuhnya,
Karena Sang Jiwa tak butuh surga
Hanya ingin dekat dengan ALLAH


MUKENAH YANG HILANG

Ia menangis di dinding ratapan hatinya sendiri
Mengapa ia harus dibentur musibah cinta
Akan perlakuan siksaan lahir batin dari sandingannya sendiri
Disaat Sang kesetiaan mulai matang untuk dipersembahkan
Nafasnya ada dikekasihnya
Hidupnya ada di cara tarikan nafas sang kekasih
Ia menggelepar tersedak hawa cinta yang penuh limbah
Meronta mengemis menyebut nama kekasih
Dari balik dinding hatinya Keluar Cahaya
Dengan lembut mengusap rambut kepala yang acak
Sambil membisikkan kesejukan ke telinga yang tuna rungu :

"......... Akulah jiwamu yang lama engkau usir......
Akulah Jati dirimu yang yang tak bisa pulang,
karena rumah kita digembok oleh dirimu
yang menyembah kekasihmu atas nama ketulusan cinta.......
Sebutlah Nama ALLAH dengan jeritan yang paling menggema,
agar nafasmu dirampas lagi dari keangkuhan kekasihmu......."
“Zikirlah.... Zikirlah dengan Nafas Tuhanmu...... Ya Huuuu.....
Ya Huuuu......
Kejar Cinta NYA.....
kejar .....
kejar....
Jangan melihat ke belakang.....
Enyahlah wahai maha kecemasan .......!!!!
Pulanglah wahai jiwa yang tenang …..
Ke Rumah Asma NYA yang ada dihatimu yang pasrah......”
Ia terbatuk,
Semilir udara keluar dari hidungnya yang mancung
Bernafas lagi dari kematian cinta
Wajah yang jelita berdarah lagi
"....... ohh ..... aku mau wudhu......
mana Mukenaku yang lama tak dipakai ......
aku ingin Sholat..........."


DOA TERINDAH

YA RABB…..
Berikan Hidayah-MU
Doa yang bagaimana
Yang pantas kupanjatkan ke Hadapan-MU
Doa yang tak disusupi nafsu lembut penuh santun
Doa yang mengandung emosi dalam menangisi diri
Doa yang dibawah sadar sedang mendikte Engkau YA…HU….
Doa Yang memaksamu Untuk Segera Dikabulkan
Bukankah doa adalah Sopan Santun Terindah
Dihadapan-MU
Yang Harkatnya melebihi Pengabulan Doa itu sendiri

YA RABB…..
Berikan Kewenangan Seperti Doanya Para Aulia-MU
Berdoa tanpa Pinta,
Meminta sepi mohon,
Semata hanya Rindu Dan pasrah
Diungkap dengan jemari Jiwa
Dengan bahasa batin yang sangat
Puitis
Keindahan Etikanya terurai dalam Sastra Rasa
Betapa Sangat Memuja-MU
Betapa Menyegalakan-MU

YA ALLAH..........
Ijinkan aku Berwudhu dengan airmata penyesalanku
Agar Doa Mohon Ampunan Kan Kubisukan
Sebagai Ungkap Tobatan Nasuha
Karena aku khawatir akan berbuat lagi Noda yang sama

MENYAPIH PERIH MENAKAR NIKMAT

Berhitunglah dalam hidup
Niscaya Rahmat Nikmat yang telah dikecap
Dan dikecup takkan mampu untuk diukur
Indra jasmani tak menyadari
Indra batin minggir menepi
Jika hujan Nikmat secara diam diam Telah menyelamatkan,
Karena Syukur Mudah terkubur
Oleh letupan hasrat hasrat 
yang ditetaskan oleh daya khayal 
yang seolah layak menurut akal 
serta dorongan lembut penuh santun
dari nafsu yang lebih sakti dari ilmu
Nikmat apalagi yang engkau ingkari
Jika kamu mengetahui

Tentu air matamu lebih luas dari rentang hidupmu
Sang perih yang dianggap hewan pengganggu hidup
Kehadirannya dicurigai penuh prasangka
Padahal didalamnya membawa Anugerah penuh rahasia
Rahmat Nikmat yang diundang Oleh Doa-Doa lama 
yang dianggap usang Karena belum dikabulkan
ALLAH lebih Tahu 
Saat yang Paling Tepat untuk Menurunkan-NYA
Tak sekedar dijemput keriangan
Tapi juga untuk Menghantar ke Akhlak yang baik

Nikmat apa lagi yang engkau ingkari
Jika engkau memahami
Seluruh waktu hidupmu tentu hanya untuk beribadah
Maka Para Jiwa yang memanen Hidayah
Menggendong tubuhnya yang luka parah 
disiksa dengan sadis oleh ambisinya sendiri
Singgah di puncak kesenyapan wewangian malam

Di Sajadah kumal sang raga dibaringkan memenuhi Sholat Tahajud
Selang Oksigen dari Sukma yang sedang gelisah, 
disambungkan dengan saluran Apotik Laufil Mahfudz
Kini pasrah menjadi Doa sepi dari kata yang mengandung Pinta
Kini Syukur menjadi Kekuatan untuk Bangkit dari jebakan
Akan salahnya dalam menilai hidup

DIMANJAKAN CINTA

Aku paling Bahagia di persada bumi...
Jagat jiwaku paling tentram di petala alam
Hujan limpahan Cinta dari Para Kekasih 
mengguyur tak dihentikan waktu
Lebih dahsyat dari ikatan darah, 
lebih kuat dari hukum alam

Kekasih...
berilah Kado untukku,
Kado yang tak berbentuk
Namun kurasakan betapa Agungnya
Sebuah Kesetiaan,
Lebih kekal dari harga Keabadian
Untuk Kita SUJUD bersama di Sajadah Cahaya NYA,
dalam merengkuh CINTA NYA

Kekasih....
berilah aku seteguk airmata 
yang disimpan di telaga rahasia Rindumu
Karena Cinta Sejati kau baringkan 
di Ranjang Pengantin Dunia sunyi
Aku mengerti.....
ranjang ranjang lain hanya persinggahanmu sesaat
Karena Engkau kesepian......

Kekasih......
Ciumlah dadaku, 
Nama indahmu terukir di urat jiwaku
Karena akhir akhir ini aku selalalu menangis untukmu.........