DIMANAKAH ENGKAU
WAHAI SANG PENCERAH
Disaat
Luka Kehidupan Rakyat
Mencapai kesempurnaan
Dikala
Kekecewaan Rakyat
Menjadi ketidakpercayaan yang makin sempurna
Terhadap Para Pemimpin Negeri
Disini ada marah
Sebagai Kekuatan yang dibisukan
Ketabahan
Serupa Tsunami
Yang pada Waktunya menggelegar
Tanpa didahului Isyarat Gempa
Meski dengan sabar
Menunggu Komando dari
Sang Pencerah
Yang dijemari Hatinya
Terhimpun Wahyu dari Langit
Yang tak Batal Wudhu
Sebab Tubuhnya Jelmaan Ibadah
Menyerap Saripati Agama
Bukang pengagung simbol
simbol Agama
Hanya Dirinya Harapan Pamungkas Masyarakat
Tempat menyandarkan
Kepercayaan di Pundak Keramahannya ......
Kami tahu Engkau kesepian
Sembunyi di tempat yang Terang
Menepi di Keramaian
Menjalin silaturakhim
Dengan para penyamun berdasi putih
Mengaku sebagai "beling"
Padahal Engkau Berlian
Demi Persaksian
Betapa gulita isi jiwa mereka
Yang ditinggalkan Cahaya Sanubari
Di ranah pergaulan
Engkau mengaku sebagai Garam
Padahal Engkau Lautan
Merendah diri
Di kalangan yang merasa paling pandai
Yang ceritera bisa menundukan
Samudra
Sebagai Persaksian Tangismu
Tanpa isak
Sewaktu Engkau Sendiri
Sunyimu adalah
Berdialog dengan Segala Alam
Qiraat bersama
Membaca Surat Cinta
Dari Maha Pemilik Hidup
Heningnya adalah
Saat Menunggu Keputusan NYA
Untuk Menggelar Gemah Ripah
Di peloksok Nusantara
Dan
Ketentraman Dunia ......
NEGERI YANG NYARIS TENGGELAM
Sebuah Negeri
Yang nyaris tenggelam
Bagai Perahu raksasa
Yang layarnya dikoyak luka Sejarah
Pengemudinya tak punya Peta
Ke mana arah harus berlayar
Yang seharusnya
Sudah berlabuh
Di Pesisir Benua Gemah Ripah
Seharusnya sudah tenggelam
Tetapi
Gelombang Lautan menyelamatkan
Utusan Lembut serupa Sabda Alam
Dari Sang Pemilik Samudra Kehidupan
Sebab:
Terundang hujan airmata pasrah
Jerit Iman Para Penghuni Perahu
Terutama Ada Seorang KekasihNya
Yang Ditakdirkan untuk mengambil alih kemudi
Menuju Pantai Keselamatan
Seorang Kekasih
Yang pandai mengukur
Cuaca ekstrim Politik
Menjadi Alun ombak Kesadaran
Seorang Kekasih
Yang tangguh menyerap Badai
Menjadi semilir angin Perdamaian
Seorang Panutan
Yang Rumah Jiwanya
Tempat pulang Seluruh Nurani Umat
Sebab Dirinya
Maujud Maha Cinta NYA
IBU YANG MATI SURI
Apakah politik satu satunya menuju sejahtera
sedang suara kebohongan gempitanya mengalahkan Suara Ajan
Gegapnya menggelorakan aneka bendera
Kibarnya meminjam janji para ksatria Negeri
Agar Rakyat mempersembahkan hati
Curah hujan yang melanggar musim
Berkejaran dengan deras airmata anak-anak Bangsa yang kehilangan musim
Karena Permata Nurani di tahta Suara Hati
Sisa kebanggaan harkatnya diri
Dicuri para pencuri sakti yang berwajah ayat-ayat suci
Para ruh pendiri Negeri
Kumpul riung bertahlil melafazkan hakekat Zikir
Menangisi Ibu yang mati suri
Mengakhiri sebaris Doa terakhir
Sambil bersimpuh di Tahta Pertiwi
Yang lama diduduki sepi
MENJEMPUT IBU SEJATI
Disaat hari Ibu ditangisi dengan kesadaran sesaat
Justru para ruh pahlawan menziarahi makam Anak Fajar
di Kota"Kediri" yang misteri......
... Sang anak fajarlah yang pertama menjemput Sang Bunda
Pulang setelah ribuan tahun berkelana
Menghindar dari para pencari harta yang hanya butuh Rahimnya
Mengapa Bung Karno dimakamkan di Kediri
Sedangkan amanatnya ingin dipusarakan di Bogor
"Sang Pemimpin tidak mati ikut Moksa bersama Ibu Pertiwi,
Menyertai jejak moksanya Prabu Joyo Boyo di "Ke- diri............."
Sabda Para Waskita
"Beberapa detik lagi Tri Tunggal Rahiyang pulang dari Jagad Moksa
Turun ke Bumi Taneuh Maneuh Pakuan Pajajaran Bogor,
Memenuhi Amanat NYA........" Sabda ahli Mukasyafah
Selamat Datang Ibu Pertiwi.......!!!
Wilujeng Sumping Indung Landung Laer Aisan......!!!
MAHA PERTIWI ( 1 )
Maha Pertiwi telah turun ke sebuah Negeri
Turun dari lapis lapis Rahasia NYA
Ke suatu "Titik" di permukaan bumi
Turun dari Pusat Negara dari segala Negara
Sumber Bangsa yang tak Berbangsa
Yang daratannya tak bertepi
Samudranya tak berbenua
Negeri Akbar yang Gemah Ripahnya
Yang sunyi dari politik dan sepi dari Pemerintahan
Pemimpinnya langsung Maha Kaisar lagi Maha Pencipta
Sang Pertiwi lama tak lungsur
Sejak menghantar ke gerbang kemerdekaan
Mengajarkan bagaimana kedaulatan adalah Mahkota Rakyat
Sejak itu kembali ke Tahta NYA diatas Langit
Maka adalah sebuah Negeri yang kehilangan Ibu Pertiwi
Dan tanpa perlindungan Bapak Persada
Maka, Pemimpinnya silih berganti
Diangkat oleh puja puji kekaguman Rakyat
Dan lengsernya terluka oleh kemarahan Rakyat
Karena tanah dan airnya senantiasa gelisah
Menanti sang Pertiwi yang Cinta NYA Menyatukan
Dan yang Saktinya menggelorakan rasa bangga Berbangsa
Kini datang kembali membawa Kewenangan Dari ALLAH
Jiwanya adalah Wahyu Keraton yang langsung Berisi Kekuasaan NYA
Mahkotanya di singgahkan di kepala Nurani dan kepala raga seseorang
Niscaya orang Pilihan itu sudah pasti Satria Piningit
No comments:
Post a Comment