Friday, January 10, 2014

BUKU PUISI: SURAT CINTA DARI JAGAT SUNYI




















AKHIR LUKA PLANET BUMI (1)

Aku adalah planet bumi
Tercipta dari Cahaya Cinta dan temaran kabut yang terluka
Terhias oleh banjir airmata Adam yang diiring setangkai Bunga surga...
Agar keindahan dirasuki getah galau yang menjelaskan nyata dan khayal
Di bentang hakekat dunia yang dilepas jauh dari Sidratulmuntaha

Aku adalah planet bumi
Tempat menampung asap anyir tragedi qolbi
Beserta dupa yang arangnya dari Bara Cinta
Yang dipetik dari penggalan Cinta Adam Hawa yang terpisahkan
Agar cinta para khalifah menumpahka perih Cinta di dadaku

Aku adalah bumi yang bernafas kepasrahan dan derita yang berbalut canda riang
Dari selembar kelopak yang jatuh dari Bunga Keabadian Surgawi
Maka Akulah Fana yang selalu berakhir layu dan berakhir basi

Aku adalah perayaan pertemuan dan perpisahan
Dengan perjamuan kelahiran untuk menjemput kematian
Maka jadilah Aku episode lelakon yang paling heboh disegala alam raya
Ditangisi malaikat dan ditertawai para jiwa yang bersyahwat sempurna
Namun Sang Dalang melepaskan Sebaris Ceritera diluar skenenario
Yang diperankan oleh Siapa saja yang mampu menangkap Isyarat Rindu NYA
Niscaya Ia Kekasih yang Dicintai NYA yang Diberi busana Kain Ihram dari Jannah


LANTUNAN KIDUNG PARA JIWA

Para jiwa meninggalkan tubuhnya
Yang sedang Tafakkur menziarahi luka hidup
Yang sedang semedi menakar kembali keseimbangan hati
Yang sedang tidur mengunjungi alam mimpi
Untuk memetik isyarat petunjuk arah hidup
Para Jiwa memenuhi dimensi Alam yang lebih luas
Hidup dalam kematiannya hanya sementara
Agar kelak jika dijemput kematian
Tak kaget malah diterima dengan Keindahan dan Cinta
Melepaskan diri dari kungkungan alam sempit jasmaniah
Yang selalu dijebak nafsu
Yang tak lelah mengurai dosa

Para Jiwa mengunjungi Jagat yang seluruhnya dari Cahaya
Dijemput Cahaya karena Sang Diri Jiwanya kembali jadi Cahaya
Yang Diradiasi Positif Maha Cahaya NYA
Karena Sang Iman telah menjadi kehidupan dengan nyata
Berhasil mensiasati jebakan duniawi
Sang Jiwa menatap Layar Monitor dari Saripati Cahaya
Siaran langsung dari Laufil Mahfud
Membaca Firman Firman yang tak beraksara
Menyerap Energi ketentraman penuh makna
Tentang Syahadat yang bukan ucap
Tentang Syahadat yang tak sekedar janji
Tentang Doa yang bukan doa
Karena permohonan adalah kepasrahan
Tentang Permohonan yang bukan permintaan

Karena ungkap seluruh rasa adalah Rindu Kepada NYA
Kini Sang Jiwa dipenuhi Permata yang lebih gemerlap dari Surga
Rasa Surga akan diberikan kepada hati dan darah daging tubuhnya,
Karena Sang Jiwa tak butuh surga
Hanya ingin dekat dengan ALLAH


MUKENAH YANG HILANG

Ia menangis di dinding ratapan hatinya sendiri
Mengapa ia harus dibentur musibah cinta
Akan perlakuan siksaan lahir batin dari sandingannya sendiri
Disaat Sang kesetiaan mulai matang untuk dipersembahkan
Nafasnya ada dikekasihnya
Hidupnya ada di cara tarikan nafas sang kekasih
Ia menggelepar tersedak hawa cinta yang penuh limbah
Meronta mengemis menyebut nama kekasih
Dari balik dinding hatinya Keluar Cahaya
Dengan lembut mengusap rambut kepala yang acak
Sambil membisikkan kesejukan ke telinga yang tuna rungu :

"......... Akulah jiwamu yang lama engkau usir......
Akulah Jati dirimu yang yang tak bisa pulang,
karena rumah kita digembok oleh dirimu
yang menyembah kekasihmu atas nama ketulusan cinta.......
Sebutlah Nama ALLAH dengan jeritan yang paling menggema,
agar nafasmu dirampas lagi dari keangkuhan kekasihmu......."
“Zikirlah.... Zikirlah dengan Nafas Tuhanmu...... Ya Huuuu.....
Ya Huuuu......
Kejar Cinta NYA.....
kejar .....
kejar....
Jangan melihat ke belakang.....
Enyahlah wahai maha kecemasan .......!!!!
Pulanglah wahai jiwa yang tenang …..
Ke Rumah Asma NYA yang ada dihatimu yang pasrah......”
Ia terbatuk,
Semilir udara keluar dari hidungnya yang mancung
Bernafas lagi dari kematian cinta
Wajah yang jelita berdarah lagi
"....... ohh ..... aku mau wudhu......
mana Mukenaku yang lama tak dipakai ......
aku ingin Sholat..........."


DOA TERINDAH

YA RABB…..
Berikan Hidayah-MU
Doa yang bagaimana
Yang pantas kupanjatkan ke Hadapan-MU
Doa yang tak disusupi nafsu lembut penuh santun
Doa yang mengandung emosi dalam menangisi diri
Doa yang dibawah sadar sedang mendikte Engkau YA…HU….
Doa Yang memaksamu Untuk Segera Dikabulkan
Bukankah doa adalah Sopan Santun Terindah
Dihadapan-MU
Yang Harkatnya melebihi Pengabulan Doa itu sendiri

YA RABB…..
Berikan Kewenangan Seperti Doanya Para Aulia-MU
Berdoa tanpa Pinta,
Meminta sepi mohon,
Semata hanya Rindu Dan pasrah
Diungkap dengan jemari Jiwa
Dengan bahasa batin yang sangat
Puitis
Keindahan Etikanya terurai dalam Sastra Rasa
Betapa Sangat Memuja-MU
Betapa Menyegalakan-MU

YA ALLAH..........
Ijinkan aku Berwudhu dengan airmata penyesalanku
Agar Doa Mohon Ampunan Kan Kubisukan
Sebagai Ungkap Tobatan Nasuha
Karena aku khawatir akan berbuat lagi Noda yang sama

MENYAPIH PERIH MENAKAR NIKMAT

Berhitunglah dalam hidup
Niscaya Rahmat Nikmat yang telah dikecap
Dan dikecup takkan mampu untuk diukur
Indra jasmani tak menyadari
Indra batin minggir menepi
Jika hujan Nikmat secara diam diam Telah menyelamatkan,
Karena Syukur Mudah terkubur
Oleh letupan hasrat hasrat 
yang ditetaskan oleh daya khayal 
yang seolah layak menurut akal 
serta dorongan lembut penuh santun
dari nafsu yang lebih sakti dari ilmu
Nikmat apalagi yang engkau ingkari
Jika kamu mengetahui

Tentu air matamu lebih luas dari rentang hidupmu
Sang perih yang dianggap hewan pengganggu hidup
Kehadirannya dicurigai penuh prasangka
Padahal didalamnya membawa Anugerah penuh rahasia
Rahmat Nikmat yang diundang Oleh Doa-Doa lama 
yang dianggap usang Karena belum dikabulkan
ALLAH lebih Tahu 
Saat yang Paling Tepat untuk Menurunkan-NYA
Tak sekedar dijemput keriangan
Tapi juga untuk Menghantar ke Akhlak yang baik

Nikmat apa lagi yang engkau ingkari
Jika engkau memahami
Seluruh waktu hidupmu tentu hanya untuk beribadah
Maka Para Jiwa yang memanen Hidayah
Menggendong tubuhnya yang luka parah 
disiksa dengan sadis oleh ambisinya sendiri
Singgah di puncak kesenyapan wewangian malam

Di Sajadah kumal sang raga dibaringkan memenuhi Sholat Tahajud
Selang Oksigen dari Sukma yang sedang gelisah, 
disambungkan dengan saluran Apotik Laufil Mahfudz
Kini pasrah menjadi Doa sepi dari kata yang mengandung Pinta
Kini Syukur menjadi Kekuatan untuk Bangkit dari jebakan
Akan salahnya dalam menilai hidup

DIMANJAKAN CINTA

Aku paling Bahagia di persada bumi...
Jagat jiwaku paling tentram di petala alam
Hujan limpahan Cinta dari Para Kekasih 
mengguyur tak dihentikan waktu
Lebih dahsyat dari ikatan darah, 
lebih kuat dari hukum alam

Kekasih...
berilah Kado untukku,
Kado yang tak berbentuk
Namun kurasakan betapa Agungnya
Sebuah Kesetiaan,
Lebih kekal dari harga Keabadian
Untuk Kita SUJUD bersama di Sajadah Cahaya NYA,
dalam merengkuh CINTA NYA

Kekasih....
berilah aku seteguk airmata 
yang disimpan di telaga rahasia Rindumu
Karena Cinta Sejati kau baringkan 
di Ranjang Pengantin Dunia sunyi
Aku mengerti.....
ranjang ranjang lain hanya persinggahanmu sesaat
Karena Engkau kesepian......

Kekasih......
Ciumlah dadaku, 
Nama indahmu terukir di urat jiwaku
Karena akhir akhir ini aku selalalu menangis untukmu.........

No comments:

Post a Comment